PERAN PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP PEMBERDAYAAN INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA
DI DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Dibuat
untuk melengkapi tugas
Sistem Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu : Wijianto, S.Pd
Oleh :
UUN WARDHANI
K6410062
PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Otonomi Daerah merupakan upaya untuk
mewujudkan kemandirian daerah atas dasar kemauan, pemikiran dan keterlibatan
aktif masyarakat untuk memajukan daerahnya. Salah satu upaya menuju kemandirian
daerah adalah memberdayakan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki. Upaya
yang dilaksanakan melalui pembangunan ekonomi kerakyatan sehingga daerah mampu
mandiri dan tidak tergantung kepada pusat.
Dalam konteks otonomi Daerah, Pemerintah
Daerah akan memiliki peran yang cukup strategis terkait dengan tumbuh dan berkembangnya
industri-industri di daerah. Dalam rangka mengkonsolidasikan pembangunan sektor
primer, sekunder, dan tersier termasuk keseimbangan persebaran pembangunannya
ditempuh pendekatan klaster industri. Peran Pemerintah sebagai regulator dan
fasilitator harus dijalankan dengan baik dan seimbang. Peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah seharusnya merupakan representasi dari aspirasi
masyarakat. Sehingga proses pelaksanaan bisa berjalan dengan baik dan
menguntungkan semua pihak.
Kabupaten Boyolali sebagai salah satu
kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki
potensi pengembangan klaster industri dengan berbagai macam produknya. Salah
satu industri unggulannya adalah industri kerajinan tembaga, tepatnya di desa Tumang. Industrialisasi yang berjalan di Desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali tumbuh
dari inisiatif lokal yang berkembang dan mempunyai keunikan tersendiri. Sejarah
terbentuknya usaha kerajinan tembaga-kuningan bermula dari zaman Kerajaan
Mataram, kurang lebih pada pertengahan abad ke-18. Usaha kerajinan ini dimulai
dari usaha rumah tangga dimana keterampilan diperoleh dari seorang empu
Kerajaan Mataram yang bernama Empu Supondrio. Keahlian membuat kerajinan
alat-alat rumah tangga yang dulunya berbahan baku besi rongsok berkembang turun
temurun dari generasi ke generasi. Keahlian ini semakin bervariasi seiring
dengan perkembangan teknologi pengolahan, bahan baku, dan permintaan konsumen.
Namun perkembangan industri kerajinan di Desa Tumang masih mengalami berbagai
kendala yang membutuhkan peran serta pemerintah secara aktif. Adapun kendala-kendala yang dihadapi antara lain; keterbatasan dalam mengakses
peluang pasar, rendahnya etos kerja pegawai, tingginya bahan baku dan
keterbatasan modal yang dimiliki.
B.
Perumusan
Masalah
Dalam penulisan karya ilmiah ini muncul beberapa
pertanyaan, antara lain:
1.
Mengapa
pemerintah perlu melakukan pemberdayaan terhadap industri kerajinan tembaga di
desa Tumang?
2.
Apa
saja kendala yang dihadapi dalam rangka pengembangan industri kerajinan tembaga
di desa Tumang?
3.
Bagaimana
peranan pemerintah terhadap usaha kerajinan tembaga di Desa Tumang, kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan yang akan dicapai dari pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Untuk
mengetahui perlunya diadakan pengembangan indudtri lokal.
2.
Untuk
mengetahui kendala yang dihadapi dalam rangka pengembangan industri kerajinan
tembaga di desa Tumang.
3.
Untuk
mengetahui peranan pemerintah terhadap usaha kerajinan tembaga di Desa Tumang,
kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
D.
Manfaat
Penulisan
Secara teoritis,
penulisan makalah ini diharapkan dapat sebagai acuan studi bagi masyarakat dan
dunia pendidikan dengan dasar teori perancangan kebijakan pemerintah daerah
Kota Boyolali dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan.
Makalah ini juga
diharapkan dapat memberi rekomendasi dan arahan bagi pemerintah kota Boyolali
sebagai dasar pemikiran dalam menyusun kebijakan dalam mengembangkan
perekonomian kerakyatan.
BAB
II
PERMASALAHAN
Diberlakukannya Undang-Undang otonomi daerah merupakan salah satu upaya
pemerintah pusat untuk lebih mengembangkan peran daerah dalam mengembangkan
pembangunan nasional. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan
bertanggung jawab kepad daerah yang dalam pelaksanaannya berdasarkan prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah. Dengan adanya Undang-Undang ini, Pemerintah
Kabupaten/Kota diberikan kewenangan menggali dan memanfaatkan potensi-potensi
yang ada di daerahnya serta memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama dalam
pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan
asli daerah.
Berkaitan dengan hal diatas, Pemerintah Kabupaten Boyolali dan Dinas
perindustrian dan Perdagangan propinsi Jawa Tengah telah memberi dukungan dan
perhatian dalam rangka pemberdayaan industri kerajinan tembaga. Namun hasilnya
belum menggembirakan. Perkembangan usaha kecil kerajinan tembaga di Kabupaten
Boyolali relatif lamban. Peningkatan rata-rata pertahun kurang dari 1% bahkan
pada tahun 2004 meskipun terjadi kenaikan, namun prosentase kenaikannya lebih
kecik dibandingkan tahun sebelumnya. Selama tiga tahun, jumlah unit usaha hanya
bertambah sebanyak 3 unit, jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 98 orang,
sedangkan nilai produksinya bertambah Rp. 86.170.000,00 dan nilai investasi
hanya bertambah sebesar Rp. 26.872.000,00.
Lambannya perkembangan industri kecil kerajinan tembaga tersebut tentunya
disebabkan oleh beberapa faktor. Mengingat Pemerintah Daerah Boyolali telah
memberikan pembinaan dan fasilitasi kepada para pengusaha industri kerajinan
tersebut, seperti: bantuan permodalan, bimbingan teknik dan produksi serta
fasilitas lainnya, namun ternyata perkembangan usahanya relatif lamban.
Selain itu, lambannya perkembangan industri kerajinan tersebut disebabkan
karena harga bahan baku yang relatif mahal dan tidak stabil, kondisi pemasaran
yang kurang stabil, serta permodalan masih terbatas. Sehingga kondisi tersebut
dapat diindikasikan menghambat pemberdayaan industri kerajinan tembaga di Desa
Tumang. Sementara itu, menurut laporan
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Boyolali (2004) usaha
Industri kecil memiliki karakter permasalahan yang hampir sama di berbagai
tempat.
Fenomena lain yang diindikasikan sebagai faktor penyebab lambannya
pemberdayaan usaha tersebut adalah kekurang akuratan pemerintah kabupaten
boyolali dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang dihadapi
pengusaha industri kerajinan tembaga di Kabupaten Boyolali. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya bantuan peralatan teknologi yang diberikan kepada pengusaha industri
kecil kerajinan temgaga tidak dapat berfungsi atau tidak dapat dimanfaatkan
karena peralatan yang diberikan kurang sesuai dengan keperluan usaha tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Industri
Kerajinan Tembaga di Desa Tumang
Hingga
saat ini, pembangunan ekonomi di Kabupaten Boyolali mengalami pertumbuhan ke
arah positif. Sektor yang dominan dalm pembentukan Pendapatan Daerah Regional
Bruto (PDRB) adalah sektor pertanian, perdagangan, dan industri. Ketiga sektor
ini mempunyai sumbangan diatas 10% terhadap PDRB baik harga berlaku maupun
harga konstan. Hal tersebit dapat dilihat dari tabel
berikut ini:
Tabel
Sumbangan PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2010
No
|
Lapangan Usaha/Sektor
|
Sumbangan (%) Harga Berlaku
(AHDP)
|
Sumbangan (%) Harga Konstan
(AHDP)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Pertanian
Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik
& Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan
& Komunikasi
Keuangan
Jasa-Jasa
|
37.18
0.90
14.15
1.13
2.51
23.93
2.65
6.56
11.00
|
33.48
1.09
16.28
1.37
2.99
24.31
2.76
6.33
12.52
|
Jumlah
|
100
|
100
|
Sumber : BPS Boyolali tahun 2011
Kontribusi sektor
industri dalam pembentukan PDRB Kabupaten Boyolali masih didominasi oleh
industri besar dan menengah, sedangkan industri kecil dan rumah tangga relatif
kecil. Padahal jumlah industri kecil dan rumah tangga jauh lebih besar bila
dibandingkan dengan industri besar dan industri menengah. Oleh karena itu,
seharusnya Pemerintah Kabupaten Boyolali lebih memperhatikan dan memberdayakan
industri kecil sehingga mampu berkembang menjadi industri menengah, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan PDRB Kabupaten Boyolali. Mengingat industri kecil
banyak menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran dan mengurangi
angka kemiskinan.
Dari berbagai
industri kecil yang ada di kabupaten Boyolali, industri kerajinan tembaga merupakan
komoditas unggulan yang potensial dikembangkan dan menjadi icon di Kabupaten
Boyolali. Sementara ini industri kerajinan tembaga hanya dapat dijumpai di kecamatan
Cepogo tepatnya di desa Tumang, yang berada di lereng gunung Merapi sekitar 13
km dari Kota Boyolali.
Di desa Tumang
ada 9 pemilik usaha kerajinan tembaga yang tergabung dalam Kelompok Pengrajin
Tembaga. Jenis usaha di kelompok tersebut terdiri dari 2 pengrajin cor tembaga dan 7
pengrajin
alat rumah
tangga.
Hasil dari industri ini baru dipasarkan di tingkat Jawa Tengah.
Pada awalnya
semua perajin di desa Tumang memproduksi jenis peralatan tumah tangga dari
tembaga (misalnya : dandang, ceret, kwali dll), namun pada perkembangannya
mulai tahun 1980 muncul inovasi baru, sebagian perajin mencoba merintis
kerajinan seni ukir tembaga yang jenis produksinya tidak lagi berupa peralatan
rumah tangga namun berupa perlengkapan dan assesoris perumahan seperti pot
bunga, guci, dan masih banyak jenis lain yang biasanya menyesuaikan permintaan
konsumen.
Kerajinan ukir
tembaga ini justru merupakan Kelompok Industri yang banyak ditekuni masyarakat
Tumang, ada 44 perajin yang menekuni industri ini. Hasil dari industri ini
sudah merabah sampai manca negara diantaranya Amerika serikat,Australia, Jepang
Philipina, Inggris. Produksi 400.000 buah/tahun berupa- asbak, paidon, vas
bunga, lampu gantung, kendi, bokor, kap lampu, ornament arsitektur,
perlengkapan rumah tangga, jumha pengusaha 360 unit usaha.
B. Kendala-Kendala
Pengembangan Industri Kerajinan Tembaga di Desa Tumang
Sejauh ini
perkembangan industri kerajinan tembaga relatif lamban, Lambannya perkembangan
industri kecil kerajinan tembaga tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa
faktor. Kendala-kendala yang dihadapi pengusaha kecil menengah dalam
pembangunan usahanya bersifat multidimensi. Secara alami ada kendala yang lebih
bersifat internal (sumbernya di dalam perusahaan), dan kendala yang lebih
bersifat eksternal (sumbernya di luar perusahaan atau diluar pengaruh
pengusaha). Secara teoritis, kendala-kendala utama dalam pengembangan industri
kecil antara lain:
1.
Sumber
daya manusia
Dalam
aspek ini, secara umum tingkat keterampilan pegawai cukup memadai hanya saja untuk
mendapatkan tenaga ahli cukup sulit atau tenaga bentuk/kenteng semakin sulit,
sebab para tenaga kerja lebih suka belahar ukir daripada belajar bentuk karena belajar ukir lebih mudah. Selain itu,
para pengusaha sebagian besar memiliki tingkat pendidikan rendah (sebagian besar
lulusan SD) serta faktor produktifitas (disiplin kerja) pegawai yang masih
rendah, akibat kultur dan adat stiadat yang kurang mendukung.
2.
Pemasaran
Dalam
aspek pemasaran, kendala yang dihadapi adalah mengenai kesulitan mendapatkan
informasi/peluang pasar yang baru, hanya sebagian pengusaha saja yang memiliki
show room untuk memasarkan produk, masih rendahnya kemampuan untuk menciptakan
desain produk baru dan belum memiliki merk dagang.
3.
Bahan
baku
Dalam
sapek bahan baku, kendala yang dihadapi adalah harga bahan baku yang relatif
mahal dan tidak stabil karena baha baku masih menggantungkan impor dari luar
negeri dan belum bisa dibeli dari supplier-supplier lokal setempat.
4.
Teknologi
Pada
umumnya tidak ada kendala dalam aspek teknologi, karena kemampuan teknologi/peralatan
yang dimiliki cukup memadai. Perkembangan teknologi baru seperti mesin rool,
mesin oven, dan mesin elektroplating dapat dimanfaatkan secara eferktif dan efisien pada kondisi dan situasi
tertentu.
5.
Permodalan
Dalam
aspek permodalan, kendala yang dihadapi adalah keterbatasan modal kerja yang
dimiliki sehingga sulit untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, belum semua
pengusaha memiliki legalitas usaha dengan agunan sehingga mereka kesu;itan
mengakses modal dari perbankan/lembaga keuangan lainnya.
C.
Pemberdayaan Industri Kerajinan Tembaga di Desa Tumang
Sektor industri telah memberikan kontribusi dalam pembentukan Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Boyolali. Arah kebijakan
pembangunan industri di Kabupaten Boyolali dimaksudkan untuk menjamin
terselenggaranya kegiatan industri dalam berproduksi dan meningkatkan
pereknomian masyarakat. Untuk itu, kebijakan yang ditempuh antara lain: 1). Peningkatan
daya saing produk, 2). Pengembangan industri kecil menengah, 3). Pengembangan penyediaan
sarana dan prasarana industri, 4). Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia
industri, 5). Peningkatan pemasaran produk unggulan, andalan potensi daerah.
Program dan kegiatan prioritas pembangunan industri di Kabupaten boyolali
sampai sekarang ini antara lain:
1.
Pengembangan
teknologi industri, meliputi: pelatian teknis penerapan teknologi, magang
teknologi, dan bantuan teknologi tepat guna (mesin dan peralatan)
2.
Pengembangan
industri kecil dan menengah, meliputi: pelatihan teknis produksi (termasuk
kualitas produk), pelatihan peningkatan desai/finishing, bimbingan teknis
penerapan ISO dan SNI, magang desan dan finishing, pelatihan pengembangan
managenen usaha, memfasilitasi pengembangan kemitraan, memfasilitasi kegiatan
promosi hasil industri, bantuan pinjaman lunak dana bergulir, bimbingan teknis
akses permodalan.
3.
Peningkatan
ekspor non migas, meliputi: pemantauan kegiatan ekspor/impor, memfasilitasi
kegiatan pameran tingkat internasional, pelayanan informasi pasar luar negeri.
4.
Pengembangan
sarana dn prasarana industri, meliputi: peningkatan pelayanan perijinan,
fasilitasi pelayanan HKI, penyediaan infomasi industri.
Program-program tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk memberdayakan
usaha industri kecil dan menengah yang ada di kabupaten Boyolali. Mengingat di
Boyolali memiliki potensi industri kecil yang cukup besar untuk dikembangkan.
Dalah satunya industri kerajian tembaga di desa Tumang, kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali.
Upaya pemerintah untuk memberdayakan industri krajinan tembaga tersebut,
sudah cukup lama dilakukan dan telah memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan usaha pengkrajin usaha tembaga di Tumang. Pada awalnya, pengusaha
kerajinan tembaga hanya mempoduksi peralatan dapur seperti dandang, ceret,
kenceng dan lain-lain. Setelah mendapatkan pelatihan tersebut, mereka melakukan
diversifikasi produk dengan membuat perlengkapan dan assesoris perumahan
seperti vas bunga, guci, lampu duduk, lampu gantung, kaligrafi dan sebagainya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan
yang telah dikemukakan diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa industrialisasi
yang berjalan di Dukuh Tumang Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali
tumbuh dari inisiatif lokal yang berkembang. Industri tersebut tidak dapat berjalan dengan baik
tanpa adanya peran pemerintah. Dalam pengembangan Industri Kerajinan logam di
Desa Tumang, Pemerintah telah melakukan upaya-upaya dengan pemberian
bantuan peralatan teknologi tepat guna bagi IKM Tembaga di Kab. Boyolali, memberikan pelatihan desain produk
interior tembaga di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali yang
diikuti para Pengrajin IKM Tembaga dan membeikan fasilitasi Pameran.
B. Saran
Dari
kesimpulan diatas, maka ada beberapa
saran yang penulis
ajukan agar dapat dijadikan sabagai bahan masukan dan pertimbangan bagi
pemerintah. Beberapa saran tersebut antara lain sebagai berikut:
a.
Membina
jalinan kerjasama antara pihak pemeritah, pengusaha dan pegawai dalam kegiatan
korelatif.
b.
Pemerintah
dapat menerpkan model pemberdayaan pendampingan kelompok melalui proses
pembelajaran dan pendampingan berkelanjutan. Pembentukan kelompok usaha tidak
hanya bersifat proyek tetapi ditujukan untuk kepentingan kelompok sehingga
akhirnya menjadi kelompok usaha mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agrianza, Desy. 2006. Karakteristik
Jaringan Usaha Pada Klaster Industri Kerajinan Tembaga Desa Tumang Kecamatan
Cepogo Kabupaten Boyolali. Semarang: Universitas Diponegoro.
Nikmah, Sri Handayani. 2005. Pemberdayaan Industri Kecil Kerajinan Tembaga di Kabupaten Boyolali.
Semarang: Universitas Diponegoro
Prasetyo, Eko. 2007. Potensi Usaha Kerajinan Tumang Boyolali
Sebagai Pendekatan Pembangunan Pedesaan yang Bertumpu Pada Kegiatan Usaha
Kecil. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Anonim. 2010. Pembangunan Ekonomi Kerakyatan Berbasis
Pertanian UMKM Industri Padat Karya. http://www.jatengprov.go.id. Diakses Rabu, 28 Maret 2012.
Anonim. 2011. Kriteria Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (Umkm). http://Galeriukm.com. Diakses Rabu, 28 Maret 2012.
Anonim.
2012. Desa Wisata Kerajinan Tembaga
Kuningan Di jawa tengah. http://copper-indonesia.com. Diakses Rabu, 28 Maret 2012.
Anonim. 2012. Kerajinan
tembaga Kuningan yang Dihasilkan Para Pengrajin Tembaga di Desa Tumang. http://aagalley.blogspot.com. Diakses Rabu, 28 Maret 2012.