Halaman

Rabu, 30 Mei 2012

PEMBERDAYAAN INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA TUMANG


PERAN PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP PEMBERDAYAAN INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA
DI DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Dibuat untuk melengkapi tugas Sistem Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu : Wijianto, S.Pd




Oleh :
UUN WARDHANI
K6410062


PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Otonomi Daerah merupakan upaya untuk mewujudkan kemandirian daerah atas dasar kemauan, pemikiran dan keterlibatan aktif masyarakat untuk memajukan daerahnya. Salah satu upaya menuju kemandirian daerah adalah memberdayakan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki. Upaya yang dilaksanakan melalui pembangunan ekonomi kerakyatan sehingga daerah mampu mandiri dan tidak tergantung kepada pusat.
Dalam konteks otonomi Daerah, Pemerintah Daerah akan memiliki peran yang cukup strategis terkait dengan tumbuh dan berkembangnya industri-industri di daerah. Dalam rangka mengkonsolidasikan pembangunan sektor primer, sekunder, dan tersier termasuk keseimbangan persebaran pembangunannya ditempuh pendekatan klaster industri. Peran Pemerintah sebagai regulator dan fasilitator harus dijalankan dengan baik dan seimbang. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah seharusnya merupakan representasi dari aspirasi masyarakat. Sehingga proses pelaksanaan bisa berjalan dengan baik dan menguntungkan semua pihak.
 Kabupaten Boyolali sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah  yang memiliki potensi pengembangan klaster industri dengan berbagai macam produknya. Salah satu industri unggulannya adalah industri kerajinan tembaga, tepatnya di desa Tumang. Industrialisasi yang berjalan di Desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali tumbuh dari inisiatif lokal yang berkembang dan mempunyai keunikan tersendiri. Sejarah terbentuknya usaha kerajinan tembaga-kuningan bermula dari zaman Kerajaan Mataram, kurang lebih pada pertengahan abad ke-18. Usaha kerajinan ini dimulai dari usaha rumah tangga dimana keterampilan diperoleh dari seorang empu Kerajaan Mataram yang bernama Empu Supondrio. Keahlian membuat kerajinan alat-alat rumah tangga yang dulunya berbahan baku besi rongsok berkembang turun temurun dari generasi ke generasi. Keahlian ini semakin bervariasi seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan, bahan baku, dan permintaan konsumen. Namun perkembangan industri kerajinan di Desa Tumang masih mengalami berbagai kendala yang membutuhkan peran serta pemerintah secara aktif. Adapun kendala-kendala yang dihadapi  antara lain; keterbatasan dalam mengakses peluang pasar, rendahnya etos kerja pegawai, tingginya bahan baku dan keterbatasan modal yang dimiliki.
B.       Perumusan Masalah
Dalam penulisan karya ilmiah ini muncul beberapa pertanyaan, antara lain:
1.   Mengapa pemerintah perlu melakukan pemberdayaan terhadap industri kerajinan tembaga di desa Tumang?
2.   Apa saja kendala yang dihadapi dalam rangka pengembangan industri kerajinan tembaga di desa Tumang?
3.   Bagaimana peranan pemerintah terhadap usaha kerajinan tembaga di Desa Tumang, kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali?
C.      Tujuan Penulisan
Tujuan yang akan dicapai dari pembuatan makalah ini adalah :
1.   Untuk mengetahui perlunya diadakan pengembangan indudtri lokal.
2.   Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam rangka pengembangan industri kerajinan tembaga di desa Tumang.
3.   Untuk mengetahui peranan pemerintah terhadap usaha kerajinan tembaga di Desa Tumang, kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
D.      Manfaat Penulisan
Secara teoritis, penulisan makalah ini diharapkan dapat sebagai acuan studi bagi masyarakat dan dunia pendidikan dengan dasar teori perancangan kebijakan pemerintah daerah Kota Boyolali dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan.
Makalah ini juga diharapkan dapat memberi rekomendasi dan arahan bagi pemerintah kota Boyolali sebagai dasar pemikiran dalam menyusun kebijakan dalam mengembangkan perekonomian kerakyatan.


BAB II
PERMASALAHAN

Diberlakukannya Undang-Undang otonomi daerah merupakan salah satu upaya pemerintah pusat untuk lebih mengembangkan peran daerah dalam mengembangkan pembangunan nasional. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepad daerah yang dalam pelaksanaannya berdasarkan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Dengan adanya Undang-Undang ini, Pemerintah Kabupaten/Kota diberikan kewenangan menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada di daerahnya serta memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan asli daerah.
Berkaitan dengan hal diatas, Pemerintah Kabupaten Boyolali dan Dinas perindustrian dan Perdagangan propinsi Jawa Tengah telah memberi dukungan dan perhatian dalam rangka pemberdayaan industri kerajinan tembaga. Namun hasilnya belum menggembirakan. Perkembangan usaha kecil kerajinan tembaga di Kabupaten Boyolali relatif lamban. Peningkatan rata-rata pertahun kurang dari 1% bahkan pada tahun 2004 meskipun terjadi kenaikan, namun prosentase kenaikannya lebih kecik dibandingkan tahun sebelumnya. Selama tiga tahun, jumlah unit usaha hanya bertambah sebanyak 3 unit, jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 98 orang, sedangkan nilai produksinya bertambah Rp. 86.170.000,00 dan nilai investasi hanya bertambah sebesar Rp. 26.872.000,00.
Lambannya perkembangan industri kecil kerajinan tembaga tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor. Mengingat Pemerintah Daerah Boyolali telah memberikan pembinaan dan fasilitasi kepada para pengusaha industri kerajinan tersebut, seperti: bantuan permodalan, bimbingan teknik dan produksi serta fasilitas lainnya, namun ternyata perkembangan usahanya relatif lamban.
Selain itu, lambannya perkembangan industri kerajinan tersebut disebabkan karena harga bahan baku yang relatif mahal dan tidak stabil, kondisi pemasaran yang kurang stabil, serta permodalan masih terbatas. Sehingga kondisi tersebut dapat diindikasikan menghambat pemberdayaan industri kerajinan tembaga di Desa Tumang. Sementara  itu, menurut laporan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Boyolali (2004) usaha Industri kecil memiliki karakter permasalahan yang hampir sama di berbagai tempat.
Fenomena lain yang diindikasikan sebagai faktor penyebab lambannya pemberdayaan usaha tersebut adalah kekurang akuratan pemerintah kabupaten boyolali dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang dihadapi pengusaha industri kerajinan tembaga di Kabupaten Boyolali. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bantuan peralatan teknologi yang diberikan kepada pengusaha industri kecil kerajinan temgaga tidak dapat berfungsi atau tidak dapat dimanfaatkan karena peralatan yang diberikan kurang sesuai dengan keperluan usaha tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN

A.      Industri Kerajinan Tembaga di Desa Tumang
Hingga saat ini, pembangunan ekonomi di Kabupaten Boyolali mengalami pertumbuhan ke arah positif. Sektor yang dominan dalm pembentukan Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) adalah sektor pertanian, perdagangan, dan industri. Ketiga sektor ini mempunyai sumbangan diatas 10% terhadap PDRB baik harga berlaku maupun harga konstan. Hal tersebit dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel Sumbangan PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2010
No
Lapangan Usaha/Sektor
Sumbangan (%) Harga Berlaku (AHDP)
Sumbangan (%) Harga Konstan (AHDP)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanian
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan & Komunikasi
Keuangan
Jasa-Jasa
37.18
0.90
14.15
1.13
2.51
23.93
2.65
6.56
11.00
33.48
1.09
16.28
1.37
2.99
24.31
2.76
6.33
12.52

Jumlah
100
100
Sumber : BPS Boyolali tahun 2011
Kontribusi sektor industri dalam pembentukan PDRB Kabupaten Boyolali masih didominasi oleh industri besar dan menengah, sedangkan industri kecil dan rumah tangga relatif kecil. Padahal jumlah industri kecil dan rumah tangga jauh lebih besar bila dibandingkan dengan industri besar dan industri menengah. Oleh karena itu, seharusnya Pemerintah Kabupaten Boyolali lebih memperhatikan dan memberdayakan industri kecil sehingga mampu berkembang menjadi industri menengah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan PDRB Kabupaten Boyolali. Mengingat industri kecil banyak menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran dan mengurangi angka kemiskinan.
Dari berbagai industri kecil yang ada di kabupaten Boyolali, industri kerajinan tembaga merupakan komoditas unggulan yang potensial dikembangkan dan menjadi icon di Kabupaten Boyolali. Sementara ini industri kerajinan tembaga hanya dapat dijumpai di kecamatan Cepogo tepatnya di desa Tumang, yang berada di lereng gunung Merapi sekitar 13 km dari Kota Boyolali.
Di desa Tumang ada 9 pemilik usaha kerajinan tembaga yang tergabung dalam Kelompok Pengrajin Tembaga. Jenis usaha di kelompok tersebut terdiri dari 2 pengrajin cor tembaga dan 7 pengrajin alat rumah tangga. Hasil dari industri ini baru dipasarkan di tingkat Jawa Tengah.
Pada awalnya semua perajin di desa Tumang memproduksi jenis peralatan tumah tangga dari tembaga (misalnya : dandang, ceret, kwali dll), namun pada perkembangannya mulai tahun 1980 muncul inovasi baru, sebagian perajin mencoba merintis kerajinan seni ukir tembaga yang jenis produksinya tidak lagi berupa peralatan rumah tangga namun berupa perlengkapan dan assesoris perumahan seperti pot bunga, guci, dan masih banyak jenis lain yang biasanya menyesuaikan permintaan konsumen.
Kerajinan ukir tembaga ini justru merupakan Kelompok Industri yang banyak ditekuni masyarakat Tumang, ada 44 perajin yang menekuni industri ini. Hasil dari industri ini sudah merabah sampai manca negara diantaranya Amerika serikat,Australia, Jepang Philipina, Inggris. Produksi 400.000 buah/tahun berupa- asbak, paidon, vas bunga, lampu gantung, kendi, bokor, kap lampu, ornament arsitektur, perlengkapan rumah tangga, jumha pengusaha 360 unit usaha. 
B.       Kendala-Kendala Pengembangan Industri Kerajinan Tembaga di Desa Tumang
Sejauh ini perkembangan industri kerajinan tembaga relatif lamban, Lambannya perkembangan industri kecil kerajinan tembaga tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor. Kendala-kendala yang dihadapi pengusaha kecil menengah dalam pembangunan usahanya bersifat multidimensi. Secara alami ada kendala yang lebih bersifat internal (sumbernya di dalam perusahaan), dan kendala yang lebih bersifat eksternal (sumbernya di luar perusahaan atau diluar pengaruh pengusaha). Secara teoritis, kendala-kendala utama dalam pengembangan industri kecil antara lain:
1.    Sumber daya manusia
Dalam aspek ini, secara umum tingkat keterampilan pegawai cukup memadai hanya saja untuk mendapatkan tenaga ahli cukup sulit atau tenaga bentuk/kenteng semakin sulit, sebab para tenaga kerja lebih suka belahar ukir daripada belajar bentuk  karena belajar ukir lebih mudah. Selain itu, para pengusaha sebagian besar memiliki tingkat pendidikan rendah (sebagian besar lulusan SD) serta faktor produktifitas (disiplin kerja) pegawai yang masih rendah, akibat kultur dan adat stiadat yang kurang mendukung.
2.    Pemasaran
Dalam aspek pemasaran, kendala yang dihadapi adalah mengenai kesulitan mendapatkan informasi/peluang pasar yang baru, hanya sebagian pengusaha saja yang memiliki show room untuk memasarkan produk, masih rendahnya kemampuan untuk menciptakan desain produk baru dan belum memiliki merk dagang.
3.    Bahan baku
Dalam sapek bahan baku, kendala yang dihadapi adalah harga bahan baku yang relatif mahal dan tidak stabil karena baha baku masih menggantungkan impor dari luar negeri dan belum bisa dibeli dari supplier-supplier lokal setempat.
4.    Teknologi
Pada umumnya tidak ada kendala dalam aspek teknologi, karena kemampuan teknologi/peralatan yang dimiliki cukup memadai. Perkembangan teknologi baru seperti mesin rool, mesin oven, dan mesin elektroplating dapat dimanfaatkan secara eferktif  dan efisien pada kondisi dan situasi tertentu.
5.    Permodalan
Dalam aspek permodalan, kendala yang dihadapi adalah keterbatasan modal kerja yang dimiliki sehingga sulit untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, belum semua pengusaha memiliki legalitas usaha dengan agunan sehingga mereka kesu;itan mengakses modal dari perbankan/lembaga keuangan lainnya.
C.  Pemberdayaan Industri Kerajinan Tembaga di Desa Tumang
Sektor industri telah memberikan kontribusi dalam pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Boyolali. Arah kebijakan pembangunan industri di Kabupaten Boyolali dimaksudkan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan industri dalam berproduksi dan meningkatkan pereknomian masyarakat. Untuk itu, kebijakan yang ditempuh antara lain: 1). Peningkatan daya saing produk, 2). Pengembangan industri kecil menengah, 3). Pengembangan penyediaan sarana dan prasarana industri, 4). Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia industri, 5). Peningkatan pemasaran produk unggulan, andalan potensi daerah.
Program dan kegiatan prioritas pembangunan industri di Kabupaten boyolali sampai sekarang ini antara lain:
1.    Pengembangan teknologi industri, meliputi: pelatian teknis penerapan teknologi, magang teknologi, dan bantuan teknologi tepat guna (mesin dan peralatan)
2.    Pengembangan industri kecil dan menengah, meliputi: pelatihan teknis produksi (termasuk kualitas produk), pelatihan peningkatan desai/finishing, bimbingan teknis penerapan ISO dan SNI, magang desan dan finishing, pelatihan pengembangan managenen usaha, memfasilitasi pengembangan kemitraan, memfasilitasi kegiatan promosi hasil industri, bantuan pinjaman lunak dana bergulir, bimbingan teknis akses permodalan.
3.    Peningkatan ekspor non migas, meliputi: pemantauan kegiatan ekspor/impor, memfasilitasi kegiatan pameran tingkat internasional, pelayanan informasi pasar luar negeri.
4.    Pengembangan sarana dn prasarana industri, meliputi: peningkatan pelayanan perijinan, fasilitasi pelayanan HKI, penyediaan infomasi industri.
Program-program tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk memberdayakan usaha industri kecil dan menengah yang ada di kabupaten Boyolali. Mengingat di Boyolali memiliki potensi industri kecil yang cukup besar untuk dikembangkan. Dalah satunya industri kerajian tembaga di desa Tumang, kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
Upaya pemerintah untuk memberdayakan industri krajinan tembaga tersebut, sudah cukup lama dilakukan dan telah memberikan dampak yang positif bagi perkembangan usaha pengkrajin usaha tembaga di Tumang. Pada awalnya, pengusaha kerajinan tembaga hanya mempoduksi peralatan dapur seperti dandang, ceret, kenceng dan lain-lain. Setelah mendapatkan pelatihan tersebut, mereka melakukan diversifikasi produk dengan membuat perlengkapan dan assesoris perumahan seperti vas bunga, guci, lampu duduk, lampu gantung, kaligrafi dan sebagainya.
BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dikemukakan diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa industrialisasi yang berjalan di Dukuh Tumang Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali tumbuh dari inisiatif lokal yang berkembang. Industri tersebut tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya peran pemerintah. Dalam pengembangan Industri Kerajinan logam di Desa Tumang, Pemerintah telah melakukan upaya-upaya dengan pemberian bantuan peralatan teknologi tepat guna bagi IKM Tembaga di Kab. Boyolali, memberikan pelatihan desain produk interior tembaga di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali yang diikuti para Pengrajin IKM Tembaga dan membeikan fasilitasi Pameran.

B.       Saran
Dari kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran yang penulis ajukan agar dapat dijadikan sabagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah. Beberapa saran tersebut antara lain sebagai berikut:
a.         Membina jalinan kerjasama antara pihak pemeritah, pengusaha dan pegawai dalam kegiatan korelatif.
b.         Pemerintah dapat menerpkan model pemberdayaan pendampingan kelompok melalui proses pembelajaran dan pendampingan berkelanjutan. Pembentukan kelompok usaha tidak hanya bersifat proyek tetapi ditujukan untuk kepentingan kelompok sehingga akhirnya menjadi kelompok usaha mandiri.




DAFTAR PUSTAKA

Agrianza, Desy. 2006. Karakteristik Jaringan Usaha Pada Klaster Industri Kerajinan Tembaga Desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Semarang: Universitas Diponegoro.
Nikmah, Sri Handayani. 2005. Pemberdayaan Industri Kecil Kerajinan Tembaga di Kabupaten Boyolali. Semarang: Universitas Diponegoro
Prasetyo, Eko. 2007. Potensi Usaha Kerajinan Tumang Boyolali Sebagai Pendekatan Pembangunan Pedesaan yang Bertumpu Pada Kegiatan Usaha Kecil. Semarang: Universitas Diponegoro.
Anonim. 2010. Pembangunan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Pertanian  UMKM Industri Padat Karya. http://www.jatengprov.go.id. Diakses Rabu, 28 Maret 2012.
Anonim. 2011. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Umkm). http://Galeriukm.com. Diakses Rabu, 28 Maret 2012.
Anonim. 2012. Kerajinan Tembaga. http://kabupatenboyolali.co.id. Diakses Rabu, 28 Maret 2012.
Anonim. 2012. Kerajinan tembaga Kuningan yang Dihasilkan Para Pengrajin Tembaga di Desa Tumang. http://aagalley.blogspot.com. Diakses Rabu, 28 Maret 2012.
Anonim. 2012. Pertumbuhan Ekonomi. http://boyolalikab.bps.go.id. Diakses Rabu, 28 Maret 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar